Title : Are You Really Love Me? (First Part)
Author : Dara Daroen (@dara_daroen)
Main Cast : Lee Ji Eun (IU), No Minwoo (Boyfriend), Jang Wooyoung (2PM), Na Min Ra
Genre : Romance
Rating : PG
Leght : Twoshoot
~ Author POV ~
Malam yang dingin menyelimuti seisi kota Seoul dan salju-salju yang turun menghiasi keadaan ibukota Korea ini. Nampaknya tak banyak kerumunan dan gerombolan manusia keluar rumah.
Tapi tidak dengan Lee Ji Eun, dia kini bahkan berlari menerobos salju-salju yang turun. Nampaknya pun dia tersesak karena menangis. Lee Ji Eun berlari dan tampak dibelakangnya ada pula yang mengikutinya, Jang Wooyoung. Jang Wooyoung berlari mengejar Ji Eun.
“Ji Eun~ah!” seru namja itu ditengah kesepian malam. Ji Eun tetap berlari dan menitikkan airmatanya. Wooyoung pun tetap berlari mengejar yeoja itu.
“Ji Eun~ah! Dengar dulu, dengar…” ucap Wooyoung ketika ia berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Apa? Apa lagi hah? Itu sudah cukup untukku! Kau tak perlu memberi penjelasan apa-apa!” bentak yeoja itu dan masih menderaskan airmatanya.
~ ~
Lee Ji Eun adalah yeoja biasa yang tinggal di salah satu rumah di perumahan Seoul City Park. Kini ia duduk dibangku kelas 3 SMA. Orangtuanya telah lama meninggal saat Ji Eun berusia 3 tahun. Kini, ia hanya tinggal berdua dengan bibinya. Meski berdua saja dirumah, Ji Eun selalu merasa ramai karena bibinya itu sangat baik dan seru.
Wooyoung, Jang Wooyoung ini adalah namjachingunya Ji Eun yang meminta Ji Eun menjadi yeojanya ketika mereka duduk bersama saat masih kelas 1 SMA. Jadi, mereka ini sudah menjalani hubungan selama 3 tahun kurang lebih.
Wooyoung ini adalah namja dari kalangan atas, dia kaya, orangtuanya pengusaha terkenal se-Seoul. Dan dia, adalah namja paling di idam-idam kan yeoja di Modern Seoul High School International, SMAnya dan SMAnya Ji Eun juga. Sekolah itu adalah sekolahnya para orang ternama, tapi Ji Eun, dia bisa masuk kesana karena dapat beasiswa.
Akhir-akhir ini Ji Eun selalu merasa sendiri. Bibinya pun sudah tak mampu menghilangkan rasa kesendirian Ji Eun. Itu semua karena namjanya itu. Wooyoung akhir-akhir ini selalu cuek, dingin, acuh terhadap Ji Eun. Entah mengapa semua ini tega namja itu lakukan pada Ji Eun.
Hingga pada malam itu…
~ ~
Ji Eun berlari menemus dinginnya malam dan turunnya salju. Wooyoung mengejarnya dan akhirnya berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Ji Eun~ah! Dengar dulu, dengar…” ucap Wooyoung ketika ia berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Apa? Apa lagi hah? Itu sudah cukup untukku! Kau tak perlu memberi penjelasan apa-apa!” bentak yeoja itu dan masih menderaskan airmatanya.
“Kumohon lupakan kejadian yang kau lihat tadi. Sungguh itu bukan yang benar kulakukan. Kau harus percaya..” jelas Wooyoung.
“Bulsyit!! Aku melihat jelas tadi kau mencium yeoja itu! Na Min Ra kan? Aihh. Harusnya sudah kuduga dari dulu bahwa kau menyukainya. Sudahlah jujur saja padaku. Aku tau semua kok” seru Ji Eun.
“Kumohon.. tadi itu bukan seperti yang kau lihat Ji Eun~ah!”
“Aku ingin kita putus Wooyoung~ah. Aku merasa kita tak harmonis lagi. Aku juga hanya yeoja biasa yang tidak terkenal dan tak punya orang tua, kau tak wajar memiliki yeoja miskin melarat sepertiku. Kau cari saja yeoja yang sejajar denganmu. Mungkin Min Ra, Min Ra cocok untukmu” seru Ji Eun dan langsung berbalik meninggalkan Wooyoung, tapi Wooyoung menahannya.
“Kau sungguh ingin pergi dariku? Tapi aku tidak mau Ji Eun.. aku tak mau. Aku masih sangat mencintaimu” ucap Wooyoung meyakinkan.
“Ani. Sudahi sajalah Wooyoung”. Wooyoung hendak menahan lagi yeoja itu, tapi apa bisa dibuat yeoja itu berlari jauh. Namja itu kini tertunduk lemas.
~ Lee Ji Eun POV ~
Malam ini aku sesak. Airmata tumpah semua dari mataku ini. Aku tak sanggup menahannya. Kutak sanggup lagi.
Aku juga tak sanggup meninggalkan Wooyoung, tapi itu yang seharusnya terjadi. Kuharap Wooyoung benar-benar mengerti dan moga saja dia mendapat yeoja yang lebih baik dariku.
Aku lelah malam ini. Menangis terus-terusan menguras tenagaku. Aku pejamkan perlahan mataku dan aku terlelap
~ ~
Hoaaaamm kurasa getaran di kantong celanaku. Ini membuatku terbangun dari tidurku. Segera kuambil benda didalam kantongku itu dan melihat isinya. Ya, handphoneku bergetar dan…
Minwoo is Calling..
“Hoaaam Yobosseo?”
“Yobosseo Noona”
“Hey! Minwoo~ah! Berapa kali sudah kukatakan padamu jangan panggil aku dengan sebutan Noona lagi, anggap saja kita sebaya. Lagipula kau kan teman dekatku”
“Ah ne arraseo Noon.. eh maksudku Ji Eun. Hmmm, nampaknya kau masih mengantuk ya? Dan kutebak kau baru bangun tidur kan?”
“Ne. benar sekali. Wae?”
“Apa kau masih diatas kasurmu?”
“Ne. Ya! Ada apa sih Minwoo??! Pertanyaan-pertanyaanmu aneh. Hooaah”
“Apa kau tak lihat jam dindingmu, Ji Eun~ah?”
“Mwo? Maksudmu?… AH!” kulirik jam dindingku dan…
“HOAAAHH! Minwoo~ah! Kau dimana? Dimana kau??! Bel belum bunyi kan? Aigo..” seruku heboh dan panik karena jam ternyata sudah menunjukan pukul 8 pagi.
“kau telat Ji Eun~ah! Bel sudah dari tadi bunyi. Haaah, babo kau! Lalu, kau tak masuk sekolah kah hari ini?”
“Haaah babo. Ya, aku benar-benar babo. Hah, baiklah aku tak masuk saja hari ini. Lagipula aku memang niatnya tak masuk hari ini.”
“wae?”
“Karena Wooyoung..”
“Ada apa dengan namja itu Ji Eun~ah?”
“Ah sudahlah nanti saja. Kau sedang dikelas kan? Mengapa bisa menelponku seperti ini? Haaah sudah sudah sana. Katakan pada seonsaengnimku nanti kalau aku sakit ya.”
“Haah kau ini. Aku malas kekelasmu dan bertemu seonsaengnimmu itu. Ah tapi Baiklah, baik.”
“nah gitu doong. Kamsahamnida dongsaengku.. eh hehe”
“Ne Noona”
“Hhhhhh”
~ tuuutttt ~
Ya, tadi itu Minwoo. No Minwoo. Dia juga murid di Modern Seoul High School International tapi dia beda kelas denganku dan beda umur juga. Dia kelahiran 1995 dan dia masih duduk di kelas 2 SMA.
Minwoo itu sangat dekat denganku, yaa dia teman dekatku. Sebenarnya dulu aku ada rasa suka padanya karena.. yaaa, aku tak tahan dengan ketampanan dan manisnya namja itu. Tapi, perasaan suka itu tenggelam karena aku rasa dia cocok hanya menjadi temanku.
~ ~
“Biii!! Bibi!” teriakku ditangga dan turun kebawah.
“Ne Ji Eun~ah?” sahutnya. Kulihat dia sedang merapikan meja makan dan menyiapkan berbagai sarapan. Aku bingung, mengapa dia santai dan tidak membangunkanku tadi. Huah.
“Bi, mengapa bibi tak membangunkan ku sih? Aku terlambat sekolah jadinya sampai akhirnya aku tak masuk sekolah nih. Bibi kemana saja?”
“Aku tak kemana-mana Ji Eun. Aku sedari tadi disini.”
“Lalu?”
“Yaaa, aku tau kau semalam menangis hebat dan kupikir kau akan tidak enak badan paginya. Jadi, aku membiarkan kau tidur lebih lama saja.” Ujarnya lembut.
“Hmmmm gitu ya. Darimana bibi tau aku menangis hebat semalam? Aku kan belum bercerita padamu”
“Semalam kau berlari cepat dari bawah ke atas dan kudengar suara isak tangismu. Bagaimana aku tak mengetahuinya..”
“Oh hehe. Baiklah.” Aku mengambil beberapa roti panggang dan meminum coklat panas.
“Bibi tau? Aku lebih baik dirumah. Gomawo tidak membangunkanku tadi bi. hehe” seruku pada bibiku itu sambil tertawa kecil.
“Hey waeyo? Kok kau aneh seperti ini? Mengapa tiba-tiba senang jika tak sekolah? Apa kau tak menyesal tak bertemu Jang Wooyoungmu itu?” tanya Bibi heran.
“YA! Tak bisakah bibi tak mengatakan nama namja itu lagi?!” ujarku mulai jengkel.
“Loh? Waeyo?”
“Molla. Sudahlah aku ingin bersantai dikamar”
“Hey Lee Ji Eun!! Hey kau ini kenapa??! Hey bibi belum selesai. Ayolah cerita pada bibi Ji Eun~ah!!” teriak Bibi sambil melihatku naik keatas.
“Next time yaa!” seruku.
~ Author POV ~
Kriiiingggg . kriiiinggg..
Bel istirahat berbunyi. Murid MSHSI (Modern Seoul High School International)berkeliaran keluar kelas. Kelas XII-A keluar lebih dahulu dan nampak seorang namja keluar dari kelas itu dan berlari-lari menuju kelas XI-B, seperti mencari seseorang.
Namja yang terengah-engah kecapaian berlari itu tak lain adalah Jang Wooyoung. Dia segera masuk kekelas XI-B , berharap orang yang dicarinya ada. Minwoo, dia mencari Minwoo.
“Haahh kau! Minwoo! Hey!” seru Wooyoung. Minwoo menoleh kesumber suara.
“Hey Hyung! Waeyo?”
“Apa kau mendapat kabar dari Ji Eun? Mengapa dia tak masuk?”
“Nah kebetulan. Dia sakit hyung, tolong sampaikan pada seonsaengnimmu ya..”
“OMO! Apa kau bilang? Ji Eun, Ji Eun sakit? Sakit apa? Dan mengapa?”
“Mengapa kau tanya aku hyung? Mana kutahu, dia belum cerita banyak padaku. Oh ya, kudengar kau ada masalah kah dengannya? Tadi pagi dia sempat bilang dia juga malas sekolah karenamu.” Ujar Minwoo polos.
“Oh arasseo. Pasti karena itu. Haaahh. Sudahlah Minwoo, kamsa ya atas infomu!” seru Wooyoung dan segera berlari meninggalkan Minwoo.
“Hey bahkan kau belum menjawab pertanyaanku hyung! Hey! Chamkkaman!!” teriak Minwoo kesal namun sia-sia Wooyoung telah berlalu.
Sementara itu….
Di rumah Ji Eun sedang menangis. Ya, dia mengingat dirinya saat bersama mantan namjachingunya. Tapi, dia juga teringat pada kejadian semalam. Tangisnya menjadi-jadi saat ia menatap foto Wooyoung.
“Babo! Namja babo! Aku benci kau Wooyoung~ah! Pergi kau! Pergi dari hidupku! Pergi! Pergi dari hatiku.. pergi Wooyoung!” geretak Ji Eun dan merobek-robek foto Wooyoung.
Yeoja itu benar-benar tersiksa akan semuanya. Dia dalam keadaan kebingungan. Disisi awal dia sangat benci Wooyoung karena dia merasa dikhianati namun disisi lain rasa cintanya pada Wooyoung masih melekat.
~ Ji Eun POV ~
Handphoneku bergetar. Ada SMS masuk.
From : Minwoo
Noona. Eh maksudku, Ji Eun~ah!! Kutunggu di cafe Istoria yaa, cepat! Sekarang juga. Aku sudah ada disini.
Tanpa mereply SMSnya, aku segera berangkat ke café itu.
~ ~
Aku langsung duduk dihadapannya. Kini aku mengenakan kacamata hitamku, karena kurasa mataku ini membengkak, aku malu jika terlihat.
“Ah akhirnya kau datang juga Ji Eun~ah! Hey tunggu, mengapa kau menggunakan kacamata hitammu? Diluar sedang tidak terik matahari bukan?” serunya padaku.
Aku hanya menunduk terdiam.
Minwoo menarik kacamataku.
“Huaaa Minwoo!!” teriakku.
“Oooo. Noona ku ini ternyata malu ya dengan matanya yang membengkak seperti itu haha. Yaampun matamu bengkak sekali Ji Eun~ah, siapa preman yang memukulimu? Haha” canda Minwoo dengan tawa puasnya.
“Terserahlah..” ujarku dingin.
“Oh baiklah. Mianhamnida, aku hanya bercanda. Lalu kenapa matamu itu?”
“Ehhh tunggu, tunggu biar kutebak. Kau habis menangis kan?” ujar namja itu.
“Menurutmu?”
“Haaahhh ayolah.. Cepat ceritakan padaku masalahmu itu.” Seru Minwoo.
Aku menceritakan masalahku dengan Wooyoung kepada Minwoo.
“MWO??! Na.. Mi.. Min Ra ber..berciuman dengan Jang Wooyoung? Eh tunggu, apa kau tak salah liat? Apa benar itu mereka? Aahh Min Ra katamu?” seru Minwoo kaget mendengar ceritaku.
“Ne. memangnya kenapa? Aku melihat semua itu jelas Minwoo~ah!”
Kulihat Minwoo tertunduk lesu. Hmm aku tau maksudnya.
“Ha! Aku tau, kau cemburu dengan Min Ra kah? Kau suka padanya kan? Haha.” Seruku.
“Ani” serunya singkat dan mengangkat wajahnya.
“Kau tau? Aku hanya.. menyukai…” ucapnya terpotong dan ia melanjutkan lagi sambil memegang kedua tanganku.
“Dirimu Ji Eun~ah..” lajut Minwoo. Aku terbelalak. Aku tak percaya apa yang dikatakannya itu.
“Mwo? Apa kau bercanda? Aihhh. Aku tau kau orangnya suka bercandaan Minwoo, dan jangan bercanda seperti itu lah, itu tak lucu dan tak menghiburku” seruku.
“Apa tampangku terlihat bercanda?” ujarnya serius.
“Ah Minwoo..”
“Jadi, kau sudah putus kan dengan Jang Wooyoung? Apa aku… apa aku boleh menjadi namjachingumu, Ji Eun~ah??” ujar Minwoo lembut dan sedikit ragu. Kulihat senyum manisnya terlukis dari bibirnya itu.
“M..Min..Minwoo.. Kumohon aku benar-benar tak ingin…” kata-kataku terhenti saat Minwoo mendekat kewajahku.
“Mi..Minwoo mau apa kau??!” seruku gugup
Minwoo makin mendekat. Dan…
“YA! Hey anak kecil! Sedang apa kau heh??! Berhenti!” teriak seseorang kepada kami. Minwoo menjauh dariku.
‘Aigo.. Mengapa namja ini yang datang? Aku sesak jika ada dia disini. Jang Wooyoung, pergilah, pergiiii’ gerutuku dalam hati.
“Mau apa kau pada Ji Eun? Hey Minwoo~ah?” seru Wooyoung.
“Seharusnya aku yang bertanya, mau apa kau kesini?” tanya balik Minwoo.
“Kau tau, Ji Eun tak ingin bertemu denganmu? Maka pergi lah, pergi!” lanjut Minwoo.
“Hey! Apa-apaan kau ini?!!” bentak Wooyoung.
“Haaahh!! YA! Sudaaahh, cukup!!” teriakku pada mereka berdua.
“Cukup! Minwoo sudah, jangan ladeni lagi namja ini, kumohon.. Dan kau! Jang Wooyoung.. Pergilah, Minwoo benar, aku tak ingin bertemu denganmu! Pergi..” lanjutku setengah membentak ketika bicara dengan Wooyoung.
“Ji.. Ji Eun~ah.. aku tapi ingin bicara..” ujar Wooyoung.
“Apa? Apa yang ingin kau katakan hah?! Sudahlah, aku tak ingin mendengar apapun darimu! Dan jangan pernah dekati aku lagi Wooynung~ah..” seruku.
“Ji Eun, tapi.. tapi mengapa?” tanya Wooyoung sedikit ragu.
“Karena… Ka.. Karena aku sudah dimiliki Minwoo. Ya! Aku sudah menjadi yeojachingunya Minwoo, kau dengar itu??” seruku pasti. Minwoo kaget mendengarku , apalagi Wooyoung, nampaknya Wooyoung kaget sekaget-kagetnya.
“Se..Secepat itu kah Ji Eun kau melupakanku? Apa tak ada rasa cinta sedikitpun kau kepadaku untuk sekarang ini?” ujar Wooyoung.
“ANI. Tidak sama sekali!!” seruku setengah berteriak.
“Ah sudah. Ayo Minwoo kita pergi saja, muak aku berlama-lam disini.” Seruku sambil menarik tangan Minwoo menuju keluar dari café. Wooyoung terdiam di tempat.
‘Oh tuhaaan, apa aku tergolong orang munafik? Entah, entah apa yang kukatakan barusan itu real atau kebohongan. Oh tuhan, beri aku yang terbaik. Jangan buat aku menyesal..’
~ Wooyoung POV ~
Aku tak percaya semua ini. Kupikir Ji Eun masih ada rasa cinta padaku. Tapi, dia ternyata.. Dia sudah menjadi yeojanya No Minwoo. Apa itu benar?
‘Oh tuhaaaaan, apa aku bermimpi? Mengapa semua ini begitu menyesakkan. Entah, entah apa yang kudengar dari Ji Eun itu real atau kebohongan. Oh tuhan, sadarkan aku. Jangan buat aku sesak seperti ini..’
~ Minwoo POV ~
Aku tak percaya semua ini. Kupikir Ji Eun akan menolakku. Tapi, dia mengatakan sendiri bahwa dia sudah menjadi yeojachinguku pada Wooyoung. Aigo.. itu bertanda dia menerimaku. Aku senang.
“Ji Eun~ah.. Apa kata-katamu barusan benar?” seruku pada yeoja disampingku ini.
“Ne? kata-kataku yang mana?”
“Kau.. Kau benar ingin menjadi yeojachinguku?”
“Hmmmm. Kau tak dengar aku bicara sejelas tadi?”
“Ah ne, tentu saja kudengar. Jadi?”
“Ya, aku menerimamu Minwoo~ah”
Huaaah. Cukup jelas semuanya. Aku senang, Ji Eun bisa menerimaku. Kuharap penuh dia benar-benar menerimaku.
~ Ji Eun POV ~
Babo! Babonya dirikuuu. Aku kan tidak mencintai Minwoo, mengapa aku bisa menerimanya? @h tuhaan.. Baiklah, akan kucoba. Mungkin saja bersama Minwoo aku bisa melupakan Wooyoung dan aku bisa sepenuhnya cinta pada Minwoo. Ya, akan kucoba.
~ ~
Minwoo membawaku kedanau. Aigo.. Danau ini mengingatkan ku lagi dengan Wooyoung, danau ini juga tempat pertama kali aku dan Wooyoung berkencan. Oh tuhaan..
“Minwoo” sahutku.
“Ne?”
“Mengapa kau membawaku kesini?”
“Tempat ini indah bukan. Cocok untuk berkencan hari ini bersamamu Ji Eun~ah.”
“Tapi.. Aku sesak berada disini. Kumohon, kita pergi saja darisini.”
“Wa..Waeyo?”
“Aku pernah kesini bersama Wooyoung dan.. kesini lagi itu hanya akan mengingatkanku dengannya. Aaahhh, ani. Aku tidak mau Minwoo~ah. Aku tak mau ingat kenangan dulu lagi” seruku dengan nada sesak.
“Oh oke oke. Mian mian. Kajja kita pergi saja” ajak Minwoo.
~ ~
“Hari sudah mulai malam, apa kau tak bosan bersamaku ditaman ini dari tadi pagi?” tanyaku pada Minwoo. Kami tengah duduk di salah satu bangku taman,Seoul Park.
“Mengapa harus bosan? Tidak mungkin aku bosan bersamamu” seru Minwoo.
“Hahaha ada-ada saja kau ini”
“Ji Eun~ah..”
“Ne?”
“Aku bingung, mengapa kau begitu cepat melupakan Wooyoung.. Dan mengapa kau begitu cepat menerimaku. Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?” tanya Minwoo serius.
“Mwo? Apa kau bilang? Haaah kau ini seperti tak tau jawabannya saja. Ya jelas lah aku mencintaimu Minwoo, jika tidak, mengapa aku harus menerimamu” seruku mencoba lembut.
“Aku tidak yakin”
“Wae?”
“Aku yakin kau masih ada rasa cinta dengan Wooyoung. Aku tau itu”
“Kau ini bicara apa Minwoo? Aneh sekali.”
“Aku tau kau tak sepenuhnya benci dengannya. Aku tau kau terpaksa putus dengannya, aku tau.. aku tau sebenarnya kau tak sanggup berpisah dengannya. Aku tau semua itu Ji Eun~ah” ujarnya sambil tertunduk.
Aku terdiam, terdiam sangat lama. Hingga akhirnya, Minwoo memegang kedua tanganku.
“Jangan kau paksakan cintamu Ji Eun~ah. Aku tak memaksa kau menjadi yeojaku. Jika kau mencintainya, katakan saja padanya, kuyakin dia pun masih ada cinta untukmu” ujar Minwoo lembut.
Aku hanya tertunduk, tetap diam.
“Kuharap kau bisa pilih yang terbaik.” Lanjutnya.
“Baiklah, kajja kita pulang!! Udara mulai dingin, tak baik untuk yeoja sepertimu” seru Minwoo dan langsung berjalan duluan meninggalkanku. Aku berjalan mengejarnya.
~ ~
“Kamsahamnida Minwoo~ah” seruku padanya saat sudah didepan rumahku.
“Ne. cheonma.” Jawabnya dengan senyum manis.
~ ~
‘Oh tuhaaan.. Mengapa aku jadi begini? Aku benar tak ingin menyakiti dua namja sekaligus. Apalagi Minwoo. Dia tidak masuk dalam masalahku dengan Wooyoung, tapi mengapa aku jadi memasukkannya. Ya tuhaan. Aku takut banyak orang tersakiti’
~ ~
Esok harinya.
Aku memaksakan masuk sekolah hari ini. Kini aku sudah siap berangkat. Tapi satu yang tidak siap, yaitu keceriaan. Keceriaanku berkurang untuk hari ini.
Sampai di taman sekolah aku melihat seseorang berlari-lari dan melambai kearahku. Oh, seorang yeoja ternyata. Kini ia semakin dekat dan menghampiriku.
“Lee Ji Eun! Bisakah aku bicara kepadamu?” sahutnya.
Oh tuhan.. Sebenarnya aku juga sedikit benci dengan yeoja ini. Dia yang membuatku putus dengan Wooyoung. Ya, dia Na Min Ra. Dengan sedikit cuek, aku balas sahutannya.
“Ne, ada apa Na Min Ra?”
“Apa kau marah padaku? Kau begitu dingin padaku. Kajja aku ingin bicara sesuatu padamu” ajaknya padaku sambil menarikku duduk di salah satu bangku taman sekolah.
“Jadi.. Aku ingin menjelaskan beberapa hal padamu” ser u Min Ra.
“Apa?”
“Mian. Maaf, aku membuatmu sakit hati dan mengakhiri hubunganmu dengan Wooyoung. Aku tau itu semua karena ku. Mian Ji Eun, jeongmal mianhamnida”
“Oh ne. aku sudah memaafkanmu.”
“Tapi kumohon, kau jangan salah faham padaku. Saat itu yang kau salah lihat. Kami saat itu hanya habis menyelesaikan tugas bersama dan ketika perjalanan pulang, aku ingin menyebrang jalan dan hampir tertabrak mobil. Maka dari itu Wooyoung melindungiku, ia hanya mendekap aku. Mungkin jarak kami begitu dekat, tapi kami tidak berciuman Ji Eun~ah. Mungkin kau melihatnya dari belakang dan hanya terlihat punggung Wooyoung. Kumohon, jangan mengira yang tidak-tidak Ji Eun~ah” jelas Min Ra panjang lebar.
Kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Kurasa dia tulus dan begitu jujur. Ya, Min Ra ini memang terkenal selalu jujur. Tapi.. Apakah benar semua yang dikatakannya ini?
“Ji Eun~ah… Wooyoung masih mencintaimu. Kembalilah dengannya” seru Min Ra lagi. Aku terdiam, masih terdiam. Aku tak tau akan berkata apa.
Min Ra menggenggam tanganku dan mendekapnya kedadanya.
“Kumohon, percayalah padaku. Percayalah Ji Eun~ah!” ser u Min Ra meyakinkan.
“Ah ne. aku… aku percaya Min Ra~ah. Aku percaya.. Tapi…”
“Tapi aku tak bisa meneruskan hubunganku lagi dengannya”
“Wae?”
“Aku sudah punya namjachingu lagi.” Seruku. Min Ra terbelalak, kaget.
“A…A.Apa? siapa Ji Eun~ah? Siapa pacar barumu?”
“No Minwoo”
Kulihat Min Ra terbelalak untuk kedua kalinya. Dia kaget lagi.
“Ah sudahlah Na Min Ra. Jangan memintaku untuk kembali lagi padanya. Aku sudah TIDAK MENCINTAINYA..” ujarku dengan sedikit penekanan dikata terakhir. Lalu aku pergi meninggalkannya sendiri.
~ ~
‘OhTuhaan.. aku tak tau apa yang harus kulakukan.. Penjelasan Min Ra memang membuatku yakin. Tapi.. Aku tak bisa kembali dengan Wooyoung, tak bisa sampai kapanpun. Aku.. Aku tak mungkin menyakiti Minwoo. Oh tuhan… Bantu aku..”
- To Be Continued –
Ini Fanfict twoshootku. Berarti masih ada lanjutannya satu part lagi. Hehe. Ditunggu aja ya.
Hmmmm. Apa kisahnya bikin penasaran? Gimana alurnya? Gimana? Gimana?
Please leave your comment!!
Don’t Be A Silent Readers!!
Gomawo readers
Title : Are You Really Love Me? (First Part)
Author : Dara Daroen (@dara_daroen)
Main Cast : Lee Ji Eun (IU), No Minwoo (Boyfriend), Jang Wooyoung (2PM), Na Min Ra
Genre : Romance
Rating : PG
Leght : Twoshoot
~ Author POV ~
~ Author POV ~
Malam yang dingin menyelimuti seisi kota Seoul dan salju-salju yang turun menghiasi keadaan ibukota Korea ini. Nampaknya tak banyak kerumunan dan gerombolan manusia keluar rumah.
Tapi tidak dengan Lee Ji Eun, dia kini bahkan berlari menerobos salju-salju yang turun. Nampaknya pun dia tersesak karena menangis. Lee Ji Eun berlari dan tampak dibelakangnya ada pula yang mengikutinya, Jang Wooyoung. Jang Wooyoung berlari mengejar Ji Eun.
“Ji Eun~ah!” seru namja itu ditengah kesepian malam. Ji Eun tetap berlari dan menitikkan airmatanya. Wooyoung pun tetap berlari mengejar yeoja itu.
“Ji Eun~ah! Dengar dulu, dengar…” ucap Wooyoung ketika ia berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Apa? Apa lagi hah? Itu sudah cukup untukku! Kau tak perlu memberi penjelasan apa-apa!” bentak yeoja itu dan masih menderaskan airmatanya.
~ ~
Lee Ji Eun adalah yeoja biasa yang tinggal di salah satu rumah di perumahan Seoul City Park. Kini ia duduk dibangku kelas 3 SMA. Orangtuanya telah lama meninggal saat Ji Eun berusia 3 tahun. Kini, ia hanya tinggal berdua dengan bibinya. Meski berdua saja dirumah, Ji Eun selalu merasa ramai karena bibinya itu sangat baik dan seru.
Wooyoung, Jang Wooyoung ini adalah namjachingunya Ji Eun yang meminta Ji Eun menjadi yeojanya ketika mereka duduk bersama saat masih kelas 1 SMA. Jadi, mereka ini sudah menjalani hubungan selama 3 tahun kurang lebih.
Wooyoung ini adalah namja dari kalangan atas, dia kaya, orangtuanya pengusaha terkenal se-Seoul. Dan dia, adalah namja paling di idam-idam kan yeoja di Modern Seoul High School International, SMAnya dan SMAnya Ji Eun juga. Sekolah itu adalah sekolahnya para orang ternama, tapi Ji Eun, dia bisa masuk kesana karena dapat beasiswa.
Akhir-akhir ini Ji Eun selalu merasa sendiri. Bibinya pun sudah tak mampu menghilangkan rasa kesendirian Ji Eun. Itu semua karena namjanya itu. Wooyoung akhir-akhir ini selalu cuek, dingin, acuh terhadap Ji Eun. Entah mengapa semua ini tega namja itu lakukan pada Ji Eun.
Hingga pada malam itu…
~ ~
Ji Eun berlari menemus dinginnya malam dan turunnya salju. Wooyoung mengejarnya dan akhirnya berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Ji Eun~ah! Dengar dulu, dengar…” ucap Wooyoung ketika ia berhasil meraih tangan Ji Eun.
“Apa? Apa lagi hah? Itu sudah cukup untukku! Kau tak perlu memberi penjelasan apa-apa!” bentak yeoja itu dan masih menderaskan airmatanya.
“Kumohon lupakan kejadian yang kau lihat tadi. Sungguh itu bukan yang benar kulakukan. Kau harus percaya..” jelas Wooyoung.
“Bulsyit!! Aku melihat jelas tadi kau mencium yeoja itu! Na Min Ra kan? Aihh. Harusnya sudah kuduga dari dulu bahwa kau menyukainya. Sudahlah jujur saja padaku. Aku tau semua kok” seru Ji Eun.
“Kumohon.. tadi itu bukan seperti yang kau lihat Ji Eun~ah!”
“Aku ingin kita putus Wooyoung~ah. Aku merasa kita tak harmonis lagi. Aku juga hanya yeoja biasa yang tidak terkenal dan tak punya orang tua, kau tak wajar memiliki yeoja miskin melarat sepertiku. Kau cari saja yeoja yang sejajar denganmu. Mungkin Min Ra, Min Ra cocok untukmu” seru Ji Eun dan langsung berbalik meninggalkan Wooyoung, tapi Wooyoung menahannya.
“Kau sungguh ingin pergi dariku? Tapi aku tidak mau Ji Eun.. aku tak mau. Aku masih sangat mencintaimu” ucap Wooyoung meyakinkan.
“Ani. Sudahi sajalah Wooyoung”. Wooyoung hendak menahan lagi yeoja itu, tapi apa bisa dibuat yeoja itu berlari jauh. Namja itu kini tertunduk lemas.
~ Lee Ji Eun POV ~
Malam ini aku sesak. Airmata tumpah semua dari mataku ini. Aku tak sanggup menahannya. Kutak sanggup lagi.
Aku juga tak sanggup meninggalkan Wooyoung, tapi itu yang seharusnya terjadi. Kuharap Wooyoung benar-benar mengerti dan moga saja dia mendapat yeoja yang lebih baik dariku.
Aku lelah malam ini. Menangis terus-terusan menguras tenagaku. Aku pejamkan perlahan mataku dan aku terlelap
~ ~
Hoaaaamm kurasa getaran di kantong celanaku. Ini membuatku terbangun dari tidurku. Segera kuambil benda didalam kantongku itu dan melihat isinya. Ya, handphoneku bergetar dan…
Minwoo is Calling..
“Hoaaam Yobosseo?”
“Yobosseo Noona”
“Hey! Minwoo~ah! Berapa kali sudah kukatakan padamu jangan panggil aku dengan sebutan Noona lagi, anggap saja kita sebaya. Lagipula kau kan teman dekatku”
“Ah ne arraseo Noon.. eh maksudku Ji Eun. Hmmm, nampaknya kau masih mengantuk ya? Dan kutebak kau baru bangun tidur kan?”
“Ne. benar sekali. Wae?”
“Apa kau masih diatas kasurmu?”
“Ne. Ya! Ada apa sih Minwoo??! Pertanyaan-pertanyaanmu aneh. Hooaah”
“Apa kau tak lihat jam dindingmu, Ji Eun~ah?”
“Mwo? Maksudmu?… AH!” kulirik jam dindingku dan…
“HOAAAHH! Minwoo~ah! Kau dimana? Dimana kau??! Bel belum bunyi kan? Aigo..” seruku heboh dan panik karena jam ternyata sudah menunjukan pukul 8 pagi.
“kau telat Ji Eun~ah! Bel sudah dari tadi bunyi. Haaah, babo kau! Lalu, kau tak masuk sekolah kah hari ini?”
“Haaah babo. Ya, aku benar-benar babo. Hah, baiklah aku tak masuk saja hari ini. Lagipula aku memang niatnya tak masuk hari ini.”
“wae?”
“Karena Wooyoung..”
“Ada apa dengan namja itu Ji Eun~ah?”
“Ah sudahlah nanti saja. Kau sedang dikelas kan? Mengapa bisa menelponku seperti ini? Haaah sudah sudah sana. Katakan pada seonsaengnimku nanti kalau aku sakit ya.”
“Haah kau ini. Aku malas kekelasmu dan bertemu seonsaengnimmu itu. Ah tapi Baiklah, baik.”
“nah gitu doong. Kamsahamnida dongsaengku.. eh hehe”
“Ne Noona”
“Hhhhhh”
~ tuuutttt ~
Ya, tadi itu Minwoo. No Minwoo. Dia juga murid di Modern Seoul High School International tapi dia beda kelas denganku dan beda umur juga. Dia kelahiran 1995 dan dia masih duduk di kelas 2 SMA.
Minwoo itu sangat dekat denganku, yaa dia teman dekatku. Sebenarnya dulu aku ada rasa suka padanya karena.. yaaa, aku tak tahan dengan ketampanan dan manisnya namja itu. Tapi, perasaan suka itu tenggelam karena aku rasa dia cocok hanya menjadi temanku.
~ ~
“Biii!! Bibi!” teriakku ditangga dan turun kebawah.
“Ne Ji Eun~ah?” sahutnya. Kulihat dia sedang merapikan meja makan dan menyiapkan berbagai sarapan. Aku bingung, mengapa dia santai dan tidak membangunkanku tadi. Huah.
“Bi, mengapa bibi tak membangunkan ku sih? Aku terlambat sekolah jadinya sampai akhirnya aku tak masuk sekolah nih. Bibi kemana saja?”
“Aku tak kemana-mana Ji Eun. Aku sedari tadi disini.”
“Lalu?”
“Yaaa, aku tau kau semalam menangis hebat dan kupikir kau akan tidak enak badan paginya. Jadi, aku membiarkan kau tidur lebih lama saja.” Ujarnya lembut.
“Hmmmm gitu ya. Darimana bibi tau aku menangis hebat semalam? Aku kan belum bercerita padamu”
“Semalam kau berlari cepat dari bawah ke atas dan kudengar suara isak tangismu. Bagaimana aku tak mengetahuinya..”
“Oh hehe. Baiklah.” Aku mengambil beberapa roti panggang dan meminum coklat panas.
“Bibi tau? Aku lebih baik dirumah. Gomawo tidak membangunkanku tadi bi. hehe” seruku pada bibiku itu sambil tertawa kecil.
“Hey waeyo? Kok kau aneh seperti ini? Mengapa tiba-tiba senang jika tak sekolah? Apa kau tak menyesal tak bertemu Jang Wooyoungmu itu?” tanya Bibi heran.
“YA! Tak bisakah bibi tak mengatakan nama namja itu lagi?!” ujarku mulai jengkel.
“Loh? Waeyo?”
“Molla. Sudahlah aku ingin bersantai dikamar”
“Hey Lee Ji Eun!! Hey kau ini kenapa??! Hey bibi belum selesai. Ayolah cerita pada bibi Ji Eun~ah!!” teriak Bibi sambil melihatku naik keatas.
“Next time yaa!” seruku.
~ Author POV ~
Kriiiingggg . kriiiinggg..
Bel istirahat berbunyi. Murid MSHSI (Modern Seoul High School International)berkeliaran keluar kelas. Kelas XII-A keluar lebih dahulu dan nampak seorang namja keluar dari kelas itu dan berlari-lari menuju kelas XI-B, seperti mencari seseorang.
Namja yang terengah-engah kecapaian berlari itu tak lain adalah Jang Wooyoung. Dia segera masuk kekelas XI-B , berharap orang yang dicarinya ada. Minwoo, dia mencari Minwoo.
“Haahh kau! Minwoo! Hey!” seru Wooyoung. Minwoo menoleh kesumber suara.
“Hey Hyung! Waeyo?”
“Apa kau mendapat kabar dari Ji Eun? Mengapa dia tak masuk?”
“Nah kebetulan. Dia sakit hyung, tolong sampaikan pada seonsaengnimmu ya..”
“OMO! Apa kau bilang? Ji Eun, Ji Eun sakit? Sakit apa? Dan mengapa?”
“Mengapa kau tanya aku hyung? Mana kutahu, dia belum cerita banyak padaku. Oh ya, kudengar kau ada masalah kah dengannya? Tadi pagi dia sempat bilang dia juga malas sekolah karenamu.” Ujar Minwoo polos.
“Oh arasseo. Pasti karena itu. Haaahh. Sudahlah Minwoo, kamsa ya atas infomu!” seru Wooyoung dan segera berlari meninggalkan Minwoo.
“Hey bahkan kau belum menjawab pertanyaanku hyung! Hey! Chamkkaman!!” teriak Minwoo kesal namun sia-sia Wooyoung telah berlalu.
Sementara itu….
Di rumah Ji Eun sedang menangis. Ya, dia mengingat dirinya saat bersama mantan namjachingunya. Tapi, dia juga teringat pada kejadian semalam. Tangisnya menjadi-jadi saat ia menatap foto Wooyoung.
“Babo! Namja babo! Aku benci kau Wooyoung~ah! Pergi kau! Pergi dari hidupku! Pergi! Pergi dari hatiku.. pergi Wooyoung!” geretak Ji Eun dan merobek-robek foto Wooyoung.
Yeoja itu benar-benar tersiksa akan semuanya. Dia dalam keadaan kebingungan. Disisi awal dia sangat benci Wooyoung karena dia merasa dikhianati namun disisi lain rasa cintanya pada Wooyoung masih melekat.
~ Ji Eun POV ~
Handphoneku bergetar. Ada SMS masuk.
From : Minwoo
Noona. Eh maksudku, Ji Eun~ah!! Kutunggu di cafe Istoria yaa, cepat! Sekarang juga. Aku sudah ada disini.
Tanpa mereply SMSnya, aku segera berangkat ke café itu.
~ ~
Aku langsung duduk dihadapannya. Kini aku mengenakan kacamata hitamku, karena kurasa mataku ini membengkak, aku malu jika terlihat.
“Ah akhirnya kau datang juga Ji Eun~ah! Hey tunggu, mengapa kau menggunakan kacamata hitammu? Diluar sedang tidak terik matahari bukan?” serunya padaku.
Aku hanya menunduk terdiam.
Minwoo menarik kacamataku.
“Huaaa Minwoo!!” teriakku.
“Oooo. Noona ku ini ternyata malu ya dengan matanya yang membengkak seperti itu haha. Yaampun matamu bengkak sekali Ji Eun~ah, siapa preman yang memukulimu? Haha” canda Minwoo dengan tawa puasnya.
“Terserahlah..” ujarku dingin.
“Oh baiklah. Mianhamnida, aku hanya bercanda. Lalu kenapa matamu itu?”
“Ehhh tunggu, tunggu biar kutebak. Kau habis menangis kan?” ujar namja itu.
“Menurutmu?”
“Haaahhh ayolah.. Cepat ceritakan padaku masalahmu itu.” Seru Minwoo.
Aku menceritakan masalahku dengan Wooyoung kepada Minwoo.
“MWO??! Na.. Mi.. Min Ra ber..berciuman dengan Jang Wooyoung? Eh tunggu, apa kau tak salah liat? Apa benar itu mereka? Aahh Min Ra katamu?” seru Minwoo kaget mendengar ceritaku.
“Ne. memangnya kenapa? Aku melihat semua itu jelas Minwoo~ah!”
Kulihat Minwoo tertunduk lesu. Hmm aku tau maksudnya.
“Ha! Aku tau, kau cemburu dengan Min Ra kah? Kau suka padanya kan? Haha.” Seruku.
“Ani” serunya singkat dan mengangkat wajahnya.
“Kau tau? Aku hanya.. menyukai…” ucapnya terpotong dan ia melanjutkan lagi sambil memegang kedua tanganku.
“Dirimu Ji Eun~ah..” lajut Minwoo. Aku terbelalak. Aku tak percaya apa yang dikatakannya itu.
“Mwo? Apa kau bercanda? Aihhh. Aku tau kau orangnya suka bercandaan Minwoo, dan jangan bercanda seperti itu lah, itu tak lucu dan tak menghiburku” seruku.
“Apa tampangku terlihat bercanda?” ujarnya serius.
“Ah Minwoo..”
“Jadi, kau sudah putus kan dengan Jang Wooyoung? Apa aku… apa aku boleh menjadi namjachingumu, Ji Eun~ah??” ujar Minwoo lembut dan sedikit ragu. Kulihat senyum manisnya terlukis dari bibirnya itu.
“M..Min..Minwoo.. Kumohon aku benar-benar tak ingin…” kata-kataku terhenti saat Minwoo mendekat kewajahku.
“Mi..Minwoo mau apa kau??!” seruku gugup
Minwoo makin mendekat. Dan…
“YA! Hey anak kecil! Sedang apa kau heh??! Berhenti!” teriak seseorang kepada kami. Minwoo menjauh dariku.
‘Aigo.. Mengapa namja ini yang datang? Aku sesak jika ada dia disini. Jang Wooyoung, pergilah, pergiiii’ gerutuku dalam hati.
“Mau apa kau pada Ji Eun? Hey Minwoo~ah?” seru Wooyoung.
“Seharusnya aku yang bertanya, mau apa kau kesini?” tanya balik Minwoo.
“Kau tau, Ji Eun tak ingin bertemu denganmu? Maka pergi lah, pergi!” lanjut Minwoo.
“Hey! Apa-apaan kau ini?!!” bentak Wooyoung.
“Haaahh!! YA! Sudaaahh, cukup!!” teriakku pada mereka berdua.
“Cukup! Minwoo sudah, jangan ladeni lagi namja ini, kumohon.. Dan kau! Jang Wooyoung.. Pergilah, Minwoo benar, aku tak ingin bertemu denganmu! Pergi..” lanjutku setengah membentak ketika bicara dengan Wooyoung.
“Ji.. Ji Eun~ah.. aku tapi ingin bicara..” ujar Wooyoung.
“Apa? Apa yang ingin kau katakan hah?! Sudahlah, aku tak ingin mendengar apapun darimu! Dan jangan pernah dekati aku lagi Wooynung~ah..” seruku.
“Ji Eun, tapi.. tapi mengapa?” tanya Wooyoung sedikit ragu.
“Karena… Ka.. Karena aku sudah dimiliki Minwoo. Ya! Aku sudah menjadi yeojachingunya Minwoo, kau dengar itu??” seruku pasti. Minwoo kaget mendengarku , apalagi Wooyoung, nampaknya Wooyoung kaget sekaget-kagetnya.
“Se..Secepat itu kah Ji Eun kau melupakanku? Apa tak ada rasa cinta sedikitpun kau kepadaku untuk sekarang ini?” ujar Wooyoung.
“ANI. Tidak sama sekali!!” seruku setengah berteriak.
“Ah sudah. Ayo Minwoo kita pergi saja, muak aku berlama-lam disini.” Seruku sambil menarik tangan Minwoo menuju keluar dari café. Wooyoung terdiam di tempat.
‘Oh tuhaaan, apa aku tergolong orang munafik? Entah, entah apa yang kukatakan barusan itu real atau kebohongan. Oh tuhan, beri aku yang terbaik. Jangan buat aku menyesal..’
~ Wooyoung POV ~
Aku tak percaya semua ini. Kupikir Ji Eun masih ada rasa cinta padaku. Tapi, dia ternyata.. Dia sudah menjadi yeojanya No Minwoo. Apa itu benar?
‘Oh tuhaaaaan, apa aku bermimpi? Mengapa semua ini begitu menyesakkan. Entah, entah apa yang kudengar dari Ji Eun itu real atau kebohongan. Oh tuhan, sadarkan aku. Jangan buat aku sesak seperti ini..’
~ Minwoo POV ~
Aku tak percaya semua ini. Kupikir Ji Eun akan menolakku. Tapi, dia mengatakan sendiri bahwa dia sudah menjadi yeojachinguku pada Wooyoung. Aigo.. itu bertanda dia menerimaku. Aku senang.
“Ji Eun~ah.. Apa kata-katamu barusan benar?” seruku pada yeoja disampingku ini.
“Ne? kata-kataku yang mana?”
“Kau.. Kau benar ingin menjadi yeojachinguku?”
“Hmmmm. Kau tak dengar aku bicara sejelas tadi?”
“Ah ne, tentu saja kudengar. Jadi?”
“Ya, aku menerimamu Minwoo~ah”
Huaaah. Cukup jelas semuanya. Aku senang, Ji Eun bisa menerimaku. Kuharap penuh dia benar-benar menerimaku.
~ Ji Eun POV ~
Babo! Babonya dirikuuu. Aku kan tidak mencintai Minwoo, mengapa aku bisa menerimanya? @h tuhaan.. Baiklah, akan kucoba. Mungkin saja bersama Minwoo aku bisa melupakan Wooyoung dan aku bisa sepenuhnya cinta pada Minwoo. Ya, akan kucoba.
~ ~
Minwoo membawaku kedanau. Aigo.. Danau ini mengingatkan ku lagi dengan Wooyoung, danau ini juga tempat pertama kali aku dan Wooyoung berkencan. Oh tuhaan..
“Minwoo” sahutku.
“Ne?”
“Mengapa kau membawaku kesini?”
“Tempat ini indah bukan. Cocok untuk berkencan hari ini bersamamu Ji Eun~ah.”
“Tapi.. Aku sesak berada disini. Kumohon, kita pergi saja darisini.”
“Wa..Waeyo?”
“Aku pernah kesini bersama Wooyoung dan.. kesini lagi itu hanya akan mengingatkanku dengannya. Aaahhh, ani. Aku tidak mau Minwoo~ah. Aku tak mau ingat kenangan dulu lagi” seruku dengan nada sesak.
“Oh oke oke. Mian mian. Kajja kita pergi saja” ajak Minwoo.
~ ~
“Hari sudah mulai malam, apa kau tak bosan bersamaku ditaman ini dari tadi pagi?” tanyaku pada Minwoo. Kami tengah duduk di salah satu bangku taman,Seoul Park.
“Mengapa harus bosan? Tidak mungkin aku bosan bersamamu” seru Minwoo.
“Hahaha ada-ada saja kau ini”
“Ji Eun~ah..”
“Ne?”
“Aku bingung, mengapa kau begitu cepat melupakan Wooyoung.. Dan mengapa kau begitu cepat menerimaku. Apa kau sungguh-sungguh mencintaiku?” tanya Minwoo serius.
“Mwo? Apa kau bilang? Haaah kau ini seperti tak tau jawabannya saja. Ya jelas lah aku mencintaimu Minwoo, jika tidak, mengapa aku harus menerimamu” seruku mencoba lembut.
“Aku tidak yakin”
“Wae?”
“Aku yakin kau masih ada rasa cinta dengan Wooyoung. Aku tau itu”
“Kau ini bicara apa Minwoo? Aneh sekali.”
“Aku tau kau tak sepenuhnya benci dengannya. Aku tau kau terpaksa putus dengannya, aku tau.. aku tau sebenarnya kau tak sanggup berpisah dengannya. Aku tau semua itu Ji Eun~ah” ujarnya sambil tertunduk.
Aku terdiam, terdiam sangat lama. Hingga akhirnya, Minwoo memegang kedua tanganku.
“Jangan kau paksakan cintamu Ji Eun~ah. Aku tak memaksa kau menjadi yeojaku. Jika kau mencintainya, katakan saja padanya, kuyakin dia pun masih ada cinta untukmu” ujar Minwoo lembut.
Aku hanya tertunduk, tetap diam.
“Kuharap kau bisa pilih yang terbaik.” Lanjutnya.
“Baiklah, kajja kita pulang!! Udara mulai dingin, tak baik untuk yeoja sepertimu” seru Minwoo dan langsung berjalan duluan meninggalkanku. Aku berjalan mengejarnya.
~ ~
“Kamsahamnida Minwoo~ah” seruku padanya saat sudah didepan rumahku.
“Ne. cheonma.” Jawabnya dengan senyum manis.
~ ~
‘Oh tuhaaan.. Mengapa aku jadi begini? Aku benar tak ingin menyakiti dua namja sekaligus. Apalagi Minwoo. Dia tidak masuk dalam masalahku dengan Wooyoung, tapi mengapa aku jadi memasukkannya. Ya tuhaan. Aku takut banyak orang tersakiti’
~ ~
Esok harinya.
Aku memaksakan masuk sekolah hari ini. Kini aku sudah siap berangkat. Tapi satu yang tidak siap, yaitu keceriaan. Keceriaanku berkurang untuk hari ini.
Sampai di taman sekolah aku melihat seseorang berlari-lari dan melambai kearahku. Oh, seorang yeoja ternyata. Kini ia semakin dekat dan menghampiriku.
“Lee Ji Eun! Bisakah aku bicara kepadamu?” sahutnya.
Oh tuhan.. Sebenarnya aku juga sedikit benci dengan yeoja ini. Dia yang membuatku putus dengan Wooyoung. Ya, dia Na Min Ra. Dengan sedikit cuek, aku balas sahutannya.
“Ne, ada apa Na Min Ra?”
“Apa kau marah padaku? Kau begitu dingin padaku. Kajja aku ingin bicara sesuatu padamu” ajaknya padaku sambil menarikku duduk di salah satu bangku taman sekolah.
“Jadi.. Aku ingin menjelaskan beberapa hal padamu” ser u Min Ra.
“Apa?”
“Mian. Maaf, aku membuatmu sakit hati dan mengakhiri hubunganmu dengan Wooyoung. Aku tau itu semua karena ku. Mian Ji Eun, jeongmal mianhamnida”
“Oh ne. aku sudah memaafkanmu.”
“Tapi kumohon, kau jangan salah faham padaku. Saat itu yang kau salah lihat. Kami saat itu hanya habis menyelesaikan tugas bersama dan ketika perjalanan pulang, aku ingin menyebrang jalan dan hampir tertabrak mobil. Maka dari itu Wooyoung melindungiku, ia hanya mendekap aku. Mungkin jarak kami begitu dekat, tapi kami tidak berciuman Ji Eun~ah. Mungkin kau melihatnya dari belakang dan hanya terlihat punggung Wooyoung. Kumohon, jangan mengira yang tidak-tidak Ji Eun~ah” jelas Min Ra panjang lebar.
Kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Kurasa dia tulus dan begitu jujur. Ya, Min Ra ini memang terkenal selalu jujur. Tapi.. Apakah benar semua yang dikatakannya ini?
“Ji Eun~ah… Wooyoung masih mencintaimu. Kembalilah dengannya” seru Min Ra lagi. Aku terdiam, masih terdiam. Aku tak tau akan berkata apa.
Min Ra menggenggam tanganku dan mendekapnya kedadanya.
“Kumohon, percayalah padaku. Percayalah Ji Eun~ah!” ser u Min Ra meyakinkan.
“Ah ne. aku… aku percaya Min Ra~ah. Aku percaya.. Tapi…”
“Tapi aku tak bisa meneruskan hubunganku lagi dengannya”
“Wae?”
“Aku sudah punya namjachingu lagi.” Seruku. Min Ra terbelalak, kaget.
“A…A.Apa? siapa Ji Eun~ah? Siapa pacar barumu?”
“No Minwoo”
Kulihat Min Ra terbelalak untuk kedua kalinya. Dia kaget lagi.
“Ah sudahlah Na Min Ra. Jangan memintaku untuk kembali lagi padanya. Aku sudah TIDAK MENCINTAINYA..” ujarku dengan sedikit penekanan dikata terakhir. Lalu aku pergi meninggalkannya sendiri.
~ ~
‘OhTuhaan.. aku tak tau apa yang harus kulakukan.. Penjelasan Min Ra memang membuatku yakin. Tapi.. Aku tak bisa kembali dengan Wooyoung, tak bisa sampai kapanpun. Aku.. Aku tak mungkin menyakiti Minwoo. Oh tuhan… Bantu aku..”
- To Be Continued –
Ini Fanfict twoshootku. Berarti masih ada lanjutannya satu part lagi. Hehe. Ditunggu aja ya.
Hmmmm. Apa kisahnya bikin penasaran? Gimana alurnya? Gimana? Gimana?
Please leave your comment!!
Don’t Be A Silent Readers!!
Gomawo readers
0 komentar:
Posting Komentar